-->

About

Makalah Ekologi Pertanian


RESUME

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
STP-1106 ( Ekologi Pertanian )
Pada Semester I
Dosen Pengampu :
Dr.Ir. Etik Puji Handayani, M.Si

Oleh
Affan Prasetya
19110006


STIPER Warna



SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN DHARMA WACANA  
KOTA METRO - LAMPUNG
2019   



KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan praktikum ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan praktikum sebagai tugas akhir dari mata kuliah Ekologi Pertanian dengan judul Analisa Vegetasi Gulma”.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan praktikum  ini, supaya laporan praktikum ini nantinya dapat menjadi laporan praktikum yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan praktikum ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


Metro, 02 Januari 2020



           Penulis



DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah.......................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Pengertian Gulma........................................................................................... 3
BAB III BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM............................................ 16
3.1Waktu dan Tempat Pelaksanaan.................................................................... 16
3.2 Bahan dan Metode........................................................................................ 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 17
4.1 Hasil.............................................................................................................. 17
4.2 Pembahasan................................................................................................... 17
     4.2.1 Rumput Sarang Buaya ( Ottochloa nodosa )......................................... 18
     4.2.2 Rumput Teki ( Cyperus rotundus L. )................................................... 19
4.2.2.1 Morfologi Rumput Teki............................................................. 20
4.3 Rumput Bandotan ( Ageratum conyzoydes )................................................. 21
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 23
5.1 Simpulan........................................................................................................ 23
5.2 Saran.............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA                                                         
LAMPIRAN





BAB I. PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang dan Masalah

Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat  atau disekitar tanaman pokok tersebut.  Pendapat para ahli gulma yang lain  ada yang mengatakan  bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu  atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian.  
            Kehadiran gulma pada lahan pertanian  atau pada lahan perkebunan dapat menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan  gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah sebagai berikut.

1.      Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya)   dalam hal:  penyerapan zat makanan atau unsur-unsur hara di dalam tanah,  penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang tempat tumbuh.
2.      Sebagian besar tumbuhan gulma  dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat  toksin (racun), berupa senyawa kimia yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah allelopati.




3.      Sebagai tempat hidup atau inang, maupun tempat berlindung hewan-hewan kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan baik. Akibatnya hama tersebut akan menyerang dan memakan tanaman pokok ataupun tanaman budidaya.
4.      Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan.
5.      Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya, misalnya dengan tercampurnya  biji-biji dari gulma yang kecil dengan biji tanaman budidaya.

1.2 Tujuan Praktikum

1.      Mengetahui ekosistem yang ada di sekitar kebun percobaan.
2.      Menganalisis gulma yang ada di lahan percobaan.


















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada disekitar tanaman yang dibudidayakan  dan berasosiasi dengannya secara khas. (Moenandir,1988). Gulma yang selalu tumbuh di sekitar petanaman (crop) mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir. Adanya gulma tersebut membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya sasaran produksi pertanaman pada umumnya.
Mempelajari hubungan populasi gulma dengan tanaman budidaya bermanfaat untuk:
1.   Dapat menduga tingkat populasi dari setiap jenis atau spesies gulma dari generasi ke generasi, sehingga dapat menggunakan cara yang tepat untuk pengendaliannya.
2.   Memperoleh informasi mengenai ambang ekonomi gulma terhadap kerugian tanama budidaya.
3.   Mendapatkan informasi yang berhubungan dengan ekologi gulma untuk penggunaan herbisida yang benar dan sesuai.

Menurut Buchler et al. (1995)Cara-cara identifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara di bawah ini:
·      Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium
·      Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan
·      Mencari sendiri melalui kunci identifikasi
·      Membandingkan dengan determinasi yang ada
·      Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia
Karakteristik gulma dipakai dalam identifikasi dan penelaan gulma; terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tetap. Tanda-tanda yang dipakai yaitu bagian vegetatif gulma dan bagian generatif gulma. Keadaan gulma yang paling ideal untuk identifikasi adalah jika semua bagian-bagian tersebut (vegetatif dan generatif) lengkap.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuan. Metode analisis vegetasi sangat beragam tergantung keadaan vegetasi itu sendiri. Beberapa analisis vegetasi antaralain:

·         Metode garis. Merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Untuk areal luas, metode ini sering digunakan karena selain cepat juga cukup teliti. Alat yang digunakan yaitu pita meteran 15-25 meter disebut sebagai garis rintisan.
·         Metode titik. Merupakan suatu variasi metode kuadrat. Jika suatu kuadrat diperkecil sampai tidak terhingga, akan menjadi titik. Metode ini sangat efektif untuk sampling vegetatif yang rendah, rapat dan membentuk anyaman, yang tidak jelas batas satu dengan lainnya. Parameter yang diperoleh adalah dominasi dan frekuensi.
·         Metode estimasi. Digunakan untuk pengamatan sebuah petak untuk daerah yang luas serta tidak tersedia waktu yang banyak.

Parameter dalam analisis vegetasi yang digunakan adalah persentase penyebaran , kerapatan, frekuensi dan dominansi. Selain dinyatakan dalam persen, luas penyebaran komponen vegetasi sering diubah kedalam 5-10 skala abundansi. Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap petak contoh. Yang dimaksud frekuensi jenis tumbuhan adalah beberapa jumlah petak contoh (dalam persen) yang memuat jenis tersebut, dari sejumlah petak-contoh yang dibuat.

Dominansi, istilah digunakan untuk menyatakan berapa luas area yang ditumbuhi atau kemampuan suatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing dengan jenis lainnya. Dominansi dinyatakan dalam istilah kelindungan (coverage) atau luas basal atau biomassa atau volume. Perbandingan nilai penting atau summed dominance ratio (SDR) menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran. SDR biasa dipakai karena jumlahnya tidak pernah lebih dari 100%, sehingga mudah diinterprestasi. SDR hanya berharga jika dipakai untuk menunjukkan jumlah dominasi suatu jenis dengan jenis lain dalam suatu komunitas. Dalam suatu analisis vegetasi akan diperoleh beberapa data yang penting yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Pengelolaan gulma terpadu merupakan konsep yang mengutamakan pengendalian secara alami dengan menciptakan keadaan lingkungan yangtidak menguntungkan bagi perkembangan gulma dan meningkatkan dayasaing tanaman terhadap gulma. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengendalian secara terpadu:

a.       Pengendalian gulmasecara langsung dilakukan dengan cara fisik, kimia, dan biologi dan secara tidak langsung melalui peningkatan daya saing tanaman melalui perbaikanteknik budi daya
b.      Memadukan cara-cara pengendalian tersebut, dan
c.       Analisis ekonomi praktek pengendalian gulma (Rizal 2004).

Pengelolaan gulma secara terpadu mengkombinasikan efektivitas dan efisiensi ekonomi.Jika penggunaan herbisida dikurangi maka pengolahan tanah setelah tanam diperlukan (Buchler et al. 1995). Pengolahan tanahdapat mencegah perkembangan resistensi populasi gulma terhadapherbisida, mengurangi ketergantungan terhadap herbisida, dan menundaatau mencegah peningkatan spesies gulma tahunan yang sering menyertai dan timbul bersamaan dengan pengolahan konservasi (Staniforth andWiese 1985).

Pada saat penggunaan herbisida diminimalkan atau dikurangi,pengolahan tanah setelah tanam diperlukan untuk mengendalikan gulma (Buchholtz and Doersch 1968).Mengurangi pengolahan tanah lebih efisien dalam penggunaan energi daripada mengurangi penggunaan herbisida(Clements et al. 1995).

Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini :

1.   Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :

a. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering disebut sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalliEchinochloa colonumMonochoria vaginalisLimnocharis flavaFimbristylis littoralis dan lain sebagainya.

b.  Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan kemudian mati. Pada periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida. Yang termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium vulgare, Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia biennis


c.   Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun). Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan banyak diantaranya yang berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan kekurangan air (di musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah mati karena bagian yang berada di atas tanah mengering, akan tetapi begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan bersemi kembali.

2. Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :

a.   Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus, Imperata cylindrica, Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus, Mimosa sp dan lain sebagainya.

b.   Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1). Gulma air garam (saltwater atau marine weeds), yaitu gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, misal di hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan Acrosticum aureum.

2). Gulma air tawar (fresh water weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air tawar.

3. Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :

a.  Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli, Echinochola colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Marsilea crenata.

b.  Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus rotundus, Amaranthus spinosus, Eleusine indica c.  Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata cylindrica, Salvinia sp., Pistia stratiotes.
4. Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :

a.   Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang daun sejajar atau melengkung, jumlah bagian-bagian bunga tiga atau kelipatannya, dan biji berkeping satu. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus dactylon, Echinochloa crusgalli, Panicum repens.

b.  Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun menyirip atau menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau kelipatannya, dan biji berkeping dua. Contohnya Amaranthus spinosus, Mimosa sp., Euphatorium odoratum.

c. Pteridophyta, berkembang biak secara generatif dengan spora. Sebagai contoh Salvinia sp., Marsilea crenata.

5. Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :

a. Golongan rumput (grasses)
Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae. Dengan ciri, batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga. Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun. daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis).

Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea.Buah disebut caryopsis atau grain.Contohnya Imperata cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens.

b. Golongan teki (sedges)
Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae.Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula).Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak membuka. Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus juncoides.

c. Golongan berdaun lebar (broad leaves)
Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan Pteridophyta. Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp.

6. Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam :

a. Gulma obligat (obligate weeds) adalah gulma yang tidak pernah dijumpai hidup secara liar dan hanya dapat tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contoh Convolvulus arvensisMonochoria vaginalisLimnocharis flava.

 b. Gulma fakultatif (facultative weeds) adalah gulma yang tumbuh secara liar dan dapat pula tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus Opuntia sp.

7. Berdasarkan parasit atau tidaknya, dibedakan dalam :

a. Gulma non parasit, contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus.
b. Gulma parasit, dibedakan lagi menjadi :

1)    Gulma parasit sejati, contoh Cuscuta australis (tali putri).
       Gulma ini tidak mempunyai daun, tidak mempunyai klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri, kebutuhan akan makannya diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya (haustarium) memasuki sampai ke jaringan floem.

2)    Gulma semi parasit, contohnya Loranthus pentandrus.
       Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan unsur hara lainnya diambil dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan xilem.

3)    Gulma hiper parasit, contoh Viscum sp.
       Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan hara lainnya diambil dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan xylem.

Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya matahari yang melimpah, dan curah hujan yang cukup untuk daerah tropik juga mendorong gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perairan dan lahan non pertanian lainnya (Sukman, 1991).
Berbeda dengan hama dan penyakit tanaman, pengaruh yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung dan berjalan lambat. Namun, kebutuhan unsur hara, air, sinar matahari, udara, dan rung tumbuh, gulma mampu berkompetensi kuat.(Emanuel. 2003).
Gulma terhadap pertanaman merupakan tanaman pesaing bagi tanaman budidaya.  Persaingan tersebut bisa berupa persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati.  Gulma bersaing untuk hidup dengan lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir, 1998).Gulma terhadap pertanaman merupakan tanaman pesaing bagi tanaman budidaya.  Persaingan tersebut bisa berupa persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati.  Gulma bersaing untuk hidup dengan lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir, 1998).

Menurut Sastroutomo (1990), gulma memiliki definisi tertentu yang didefinisi secara subjektif dan definisi ekologis.  Beberapa definisi subjektif adalah :

1.      Merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.
2.      Semua tumbuhan selain tanaman budidayanya.
3.      Tumbuhan yang masih belum diketahui manfaatnya.
4.      Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
5.      Tumbuhan yang hidup di tempat yang tidak diinginkan.

Berdasarkan sifat morfologinya, gulma dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis-pakisan (ferns). Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadigulma semusim (annual weeds), gulma semusim (biannual weeds), dan gulma tahunan (prennial weeds). Berdasarkan habitat tumbuhnya gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (aquatic weeds) dan gulma daratan (terestrial weeds) Berdasarkan pengaruh terhadap tanaman dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D dan E. (Emanuel. 2003).



Identifikasi gulma dapat ditempuh dengan satu cara atau kombinasi dari cara-cara di bawah ini (Tjitrosudiro, 1984):

1.      Membandingkan gulma tersebut dengan material yang sudah ada (herbarium).
2.      Konsultasi langsung dengan para ahli dibidang yang bersangkutan.
3.      Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4.      Membandingkan dengan determinasi yang telah ada.
5.      Membandingkan dengan ilustrasi yang telah tersedia.

Bagian-bagian yang hasrus diperhatikan untuk memperoleh efisiensi pendataan vegetasi diantaranya adalah: keadaan geologi tanah, topografi, dan data-data sebelumnya serta fasilitas kerja atau keadaan  seperti peta,lokasi yang dicapai, waktu yang tersedia dan sebagainya. Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan suatu wilayah atau daerah.
Suatu analisis vegetasi kadang kala dibagi menjadi beberapa komunitas yang tumbuh bersama dalam satu wilayah.komunitas tumbuhan  (asosiasi) sering kali digunakan oleh ahli ekologi untuk menjelaskan suatu vegetasi di sustu wilayah.Sifat dasar yng harus dimiliki oleh oleh komunitas tumbuhan adalah :

a.    Mempunyai komposisi floristic yang tetap.
b.   Fisiognonomi (struktur ,tinggi, penutupan\,tasjuk daun, dan sebagainya.
c.    Mempunyai penyebaran yang karakteristik dengan lingkungan dan habitatnya.






Keberadaan gulma pada areal pertanaman budidaya dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma diantaranya penurunan hasil pertanian akibat persaingan atau kompetisi dalam perolehan sumber daya (air, udara, unsur hara, dan ruang hidup), menjadi inang hama dan penyakit, dapat menyebabkan tanaman keracunan akibat senyawa racun yang dimiliki gulma (alelopati), menyulitkan pekerjaan lapangan dan dalam pengolahan hasil serta dapat merusak atau menghambat penggunaan alat pertanian. Kerugian – kerugian tersebut merupakan alasan kuat mengapa gulma harus dikendalikan (Hamid, 2010).
Gulma dapat diklasifikasikan menurut morfologinya menjadi beberapa golongan, yaitu golongan rerumputan (grasses), berdaun lebar (broad leaf) dan teki-tekian (sedges). Beberapa definisi yang termasuk kelompok ini adalah (Sukman, 1991) :

1.      Tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.
2.      Semua tumbuhan selain tanaman budidaya, sebagai contohnya selain tanaman padi di sawah yang sengaja ditanaman tumbuhan lainnya dianggap gulma.
3.      Tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya.

4.      Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif pada manusia baik secara langsung maupun tidak dan lain sebagainya.
5.      Mempunyai daya saing / daya kompetisi yang tinggi terhadap tanaman pokok.
6.      Dapat menjadi inang sementara bagi penyakit atau parasit tanaman utama.
7.      Menghambat kelancaran aktivitas manusia.




Perkembangbiakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan baru.
Demikian juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong (Barus, 2003).
Gulma mengakibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh:

1.       Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur- unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup.
2.       Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji- biji gulma.
3.       Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
4.       Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri- duri Amaranthus spinosusMimosa spinosa diantara tanaman yang diusahakan.
5.       Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
6.       Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi.
7.       Kenaikan ongkos- ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.

8.       Gulma air mengurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan 7,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka.
9.       Identifikasi gulma adalah suatu metode pengenalan gulma dengan cara menentukan nama botani dan takson gulma yang akan dikenali. Dalam melakukan identifikasi gulma diperlukan pengetahuan dasar ilmu botani, alat bantu seperti buku pedoman identifikasi, herbarium, dan sebagainya, serta latihan keterampilan (Sembodo, 2010)




















BAB III. BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
           
            Praktikum dilaksanakan pada tanggal 14 November 2019 di Kebun Percobaan Stiper Dharma Wacana Metro, Jl. Budi Utomo,  Kel. Rejomulyo,  Kec. Metro Selatan, Kota Metro.

3.2 Bahan dan Metode

·         Alat kuadran
·         Buku identifikasi gulma
·         Alat tulis-menulis















BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil 

Tabel Jenis gulma hasil pelemparan petak contoh pada Kebun Percobaan Stiper Dharma Wacana Metro.

NO
Jenis Gulma
Petak No.
1
2
3
4
1
Ottochloa nodosa
X
X

X
2
Cyperus rotondus L.
X
X

X
3
Ageratum conyzoides L.
X

X
X

·   Ottochloa nodosa                    = 1,12 gram.
·   Cyperus rotondus L.                = 0,87 gram.
·   Ageratum conyzoides L.          = 2,29 gram.

4.2 Pembahasan

Hasil identifikasi yang dilakukan terdapat tiga jenis gulma yaitu Ottochloa nodosa , Cyperus rotondus L., Ageratum conyzoides L.





4.2.1 Rumput Sarang Buaya ( Ottochloa nodosa )
Hasil gambar untuk Ottochloa nodosa
 










Kingdom                     : Plantae
Divisi                           : Spermatophyta
Subdivisi                     : Angiospermae
Kelas                           : Monocotyledoneae
Ordo                            : Graminales
Famili                          : Gramineae
Genus                          : Ottochloa
Spesies                        : Ottochloa nodosa (Kunth) Dandy
                                      Rumput sarang buaya (nama daerah)

Adapun morfologi dari Gulma Akar rumput sarang buaya sebagai berikut :

Akar rumput sarang buaya (Ottochloa nodosa (Kunth) Dandy. Adalah serabut, system perakarnnya tidak kuat, akar bewarna cokelat, memiliki banyak serabut-serabut akar, panjang akar kurang lebih 5-20 cm. Batang rumput sarang buaya (Ottochloa nodosa (Kunth) Dandy. Adalah barbaring, batangnya tidak berkambium, akan tumbuh akar diruas-ruas batang, batang berair, bewarna hijau.

Daun rumput sarang buaya (Ottochloa nodosa (Kunth) Dandy. Berbentuk lanset, memiliki bulu-bulu halus pada permukaan daunnya, merupakan daun lengkap karena memiliki vagina (pelepah), lamina (helaian daun) dan petioles (tangkai), daun tunggal, pangkal daunnya runcing, bangun daun berbentuk pita. Perbungaan terdiri dari tandan, kuntum basal steril tandus, bunganya unilateral, panjang tandan kurang lebih 15-20 cm, sulit menemukan dan membedakan benang sari.Buah rumput sarang buaya (Ottochloa nodosa (kunth) Dandy berukuran kecil, bewarna cokelat, terkumpul dalam bulir, merupakan buah sejati, dan buah berlekatan dengan dinding biji.
Biji rumput sarang buaya (Ottochloa nodosa (Kunth) Dandy berukuran 0.05-0.1 mm, warna biji kekuning-kuningan, memiliki endosperm, sangat ringan, tidak memiliki rambut-rambut halus.

4.2.2 Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)

 















Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Ordo                : Cyperales
Family             : Cyperaceae
Genus             : Commelina
Spesies           : Cyperus rotundus L.
                          Rumput teki (nama daerah)

4.2.2.1 Morfologi Rumput Teki

Akar Rumput teki (Cyperus rotundus L.) merupakan sistem perakaran serabut, akar rumput teki memiliki banyak percabangan dan akar rumput teki memiliki banyak anak cabang akar, akar rumput teki memiliki rambut-rambut halus. Akar rumput teki tumbuh memanjang dan menyebar di dalam tanah.
Batang Rumput teki (Cyperus rotundus L.) tumbuh tegak, berbentuk segitiga, berongga kecil dan agak lunak, tingginya 10-30 cm dan penampangnya 1-2 mm. membentuk umbi di pangkal batang, membentuk rimpang panang yang dapat membentuk tunas baru, daun-daun terdapat di pangkal batang. Daun Rumput teki (Cyperus rotundus L.) berbangun daun garis, licin, tidak berambut, warna permukaan atas hijau tua sedangkan permukaan bawah hijau muda, mempunyai parit yang membujur di bagian tengah, ujungnya agak runcing, lebih pendek dari batang yang membawa bunga, lebarnya 2-6 mm.
Bunga Rumput teki (Cyperus rotundus L.) memiliki bulir longgar terbentuk di ujung batang, braktea dua sampai empat, tidak rontok, panjangnya lebih kurangnsama atau melebihi panjang perbungaan, bercabang utama tiga sampai Sembilan yang menyebar, satu bulir berbunga sepuluh sampai empat puluh.
Buah Rumput teki (Cyperus rotundus L.) berbentuk bulat telur berisi tiga, panjangnya kurang lebih 1,5 mm, buah rumput teki memiliki warna coklat kehitam-hitaman. Buah rumput teki tersusun berselang-seling sedikit bertumpang-tindih dan merapat ke sumbu, buah rumput teki berbentuk bulat telur dan lepes.
Biji Rumput teki (Cyperus rotundus L.) terdiri dari sepuluh sampai empat puluh buliran yang tersusun berselang-seling sedikit bertumpang-tindih dan merapat ke sumbu, biji berbentuk bulat telur dan lepes, panjangnya kurang lebih 3 mm, berwarna coklat kemerah-merahan, benang sari dan putik tersembul keluar.

4.3 Rumput Bandotan (Ageratum conyzoides)
                                              








Kingdom                     : Plantae
Divisi                           : Spermatophyta
Sub Divisi                   : Angiospermae
Kelas                           : Dicotyledonae
Bangsa                        : Asterales
Suku                            : Asteraceae
Marga                          : Ageratum
Species                        : Ageratum conyzoides L


            Ageratum conyzoides merupakan tumbuhan herba satu tahun yang mana banyak kita jumpai dikehidupan sehari-hari, tumbuhan ini digolongkan kedalam tanaman penganggu oleh kebanyakan petani yang mana apabila populasi dari tanaman ini melimpah mengakibatkan kerugian pada hasil pertanian masyarakat.
            Tanaman ini dapat dijumpai pada daerah tropis dan sub tropis dengan habitat hidup pada ketinggian 1-2100 Mdpl, yang mana kita bisanya menjumpai di daerah pesawahan, kebun, tanah lapang, pekarangan rumah, tepi-tepi jalan dan masih banyak lagi dikarenakan tanaman ini merupakan tanaman herba bersifat gulma yang dapat cepat beradaptasi pada keadaan lingkungan sekitarnya.

Adapun morfologi dari tanaman ini sebagai berikut :

1. Batang : bentuk batangnya bulat, berambut jarang tegak atau berbring dengan ketinggian rata rata 0,1-1,2 meter, batang berwarna hijau.

2. Daun : daun bawah berhadapan dan bertangkai cukup panjang , yang teratas tersebar dan bertangkai pendek, helaian daun berbentuk bulat telur dan ujung adaun meruncing, tepi daun bergerigi, panjang daun 1-10 cm dengan lebar 0,5-6 cm, dan warna daun hijau.

3. Bunga : bunga berwarna putih, bongkol bunga berkelamin satu macam,  yang mana berkumpul 3 atau lebih menjadi karangan bunga, berbentuk bulat dengan panjang bongkol 6-8 mm, bunga memiliki tangkai yang berambut.

4.   Buah : buah keras bersegi 5 runcing, memiliki rambut sisik pada buah, dengan panjang 2-3,5 mm.




BAB V. SIMPULAN DAN SARAN


5.1  Simpulan

1. Hasil identifikasi yang dilakukan terdapat 3 jenis gulma pada lahan kebun percobaan STIPER DHARMA WACANA yaitu :

·      Ottochloa nodosa                           = 1,12 gram.
·      Cyperus rotondus L.                       = 0,87 gram.
·      Ageratum conyzoides L.                 = 2,29 gram.

2. Gulma yang paling dominan pada lahan kering adalah  Ageratum conyzoides L.

5.2 Saran

            Semoga praktikum yang selanjutnya jauh lebih baik dan penggunaan waktu lebih efisien.










DAFTAR PUSTAKA



Barus, Emanuel .2003. Pengendalian Gulma Perkebunan. Kanisius: Yogyakarta.
Budi, Gayuh Prasetyo dan Oetami Dwi Hajoeningtijas. 2009. Competitive
Ability of Several Soybean Varieties (Glycine max) against Imperata cylindrica and Cyperus rotundus. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah – Vol.7 No.2
Mahfudz. 2003. Studi Dinamika Gulma pada Berbagai Sistem Pertanaman di Taman Nasional Lore Lindu.Jurnal Agroland 10 (4) : 334-339.
Moenandir, Jody. 1988. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma. Rajawali Press,
Jakarta.
Natawigena, H. 1995. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya,
Bandung.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=525 diakses pada tanggal 02 Januari 2020.
Polosakan, R., 1990. Pengaruh beberapa spesies gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L) varietas grompol. Dalam Prosiding I. Konferensi X. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Malang 13 – 15 Maret : 8-9.
Rahayu, N, Nasrullah dan A.T.Soejono. 2003. Periode Kritis Tanaman Jagung Terhadap Persaingan dengan Gulma. Jurnal Agrosains. Berkala Penelitian Pascasarjana ilmu-ilmu pertanian UGM 16 (1) : 31-41
Sastroutomo, Sutikno. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sukman, Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers, Jakarta.
Tjitrosoedirdjo, dkk. 1984. Pengolahan Gulma di Perkebunan. Gramedia, Jakarta.


LAMPIRAN































0 Response to "Makalah Ekologi Pertanian"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel